Semangat Baru Membangun Hutan Dari Costa Rica (catatan perjalanan)




Suhu udara yang sejuk dan kicau ribuan burung adalah suasana pagi di San JosÄ• Ibu Kota Negara Costa Rica yang "hanya" memiliki luas 51.000 km2 yang terbagi dalam 8 (delapan) propinsi dan dengan jumlah penduduk sebanyak 4 juta jiwa. Sebuah negara kecil yang indah dan makmur, dengan tourisme menjadi andalan utama untuk menghasilkan devisa negara, setelah masa – masa keemasan kopi dan pisang berlalu.

Udara yang sejuk, segar, kicau burung, hutan, air terjun, gunung berapi dan panorama yang indah merupakan hal mudah untuk kita temukan di Costa Rica, dengan menempuh 0,50 – 1 Jam perjalanan dari San JosÄ•, kita sudah dimanja oleh alam. Dan dengan melihat segala fasilitas, sarana dan prasarana yang disediakan untuk mendukung tourisme di Costa Rica, membuat miris, nelangsa dan membatin; betapa kayanya Indonesia, betapa tersia – siakannya kekayaan itu, hingga tak bisa dirasakan oleh kebanyakan orang serta orang kebanyakan, betapa tidak effisiennya konsep pembangunan di Indonesia dan banyak lagi betapa – betapa lainnya dan membayangkan kondisi Banten saat ini rasa prihatin itu lebih besar lagi.
Tourisme di Costa Rica meningkat secara significant sejak periode 1980, setelah presiden Costa Rica pada saat itu menerima penghargaan NOBEL untuk bidang perdamaian, karena jasa – jasanya membangun perdamaian di Amerika Tengah, yang pada sepuluh sampai dengan dua puluh tahun lalu merupakan arena perang saudara yang tidak pernah berhenti. Dengan pendapatan rata – rata penduduk berkisar antara US$ 2.600 – 3.000 per tahun, menjadikan Costa Rica sebagai negara termakmur di Amerika Tengah (bandingkan dengan pendapatan rata – rata penduduk di Banten atau bahkan di Indonesia).
Sebelum mencapai tingkat kemakmuran seperti yang mereka rasakan saat ini, Costa Rica juga mengalami masa – masa sulit dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui berbagai upaya pembangunan yang dilakukan. Konflik kepentingan antar instansi pemerintah, antara pemerintah dengan masyarakat, antara pemerintah dengan organisasi masyarakat, antar organisasi masyarakat dan antara masyarakat dengan organisasinya, mewarnai kondisi sosial politik mereka dan pemerintah pada saat itu selalu berada di belakang pemilik modal. Namun setelah mereka melakukan reformasi total, mereka berhasil membangun visi, misi dan tujuan pembangunan secara nasional dengan menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.
Langkah pertama yang diambil dalam upaya pembangunan adalah dengan membubarkan tentara pada tahun 1948 dan membangun masyarakat sipil yang lebih kuat dengan prinsip dasar solidaritas, perdamaian dan keadilan. Untuk keamanan dalam negeri diserahkan kepada polisi, sedangkan anggaran tentara dialihkan untuk dana pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Sejak anggaran tentara dialihkan untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat, indikasi ekonomi meningkat, tingkat kemiskinan turun dari 50% menjadi 23%, tingkat kematian bayi menurun dan masa hidup masyarakat Costa Rica lebih baik. Tetapi untuk Indonesia membubarkan tentara suatu hal yang mustahil untuk dilakukan, mengingat negeri tercinta ini memiliki puluhan ribu pulau yang rentan dengan kejailan negeri tetangga dan tentu akan menjadi persoalan keamanan yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
DESENTRALISASI

Hal penting lain yang mendukung keberhasilan pembangunan adalah pelaksanaan desentralisasi, proses peralihan kewenangan dari pusat ke propinsi, dari propinsi ke daerah dilakukan secara baik dan tidak setengah hati. Sehingga peran dan fungsi masing – masing level terlihat sangat jelas, tidak ada kesan tumpang tindih kewenangan antara pusat, propinsi dan daerah. Di kita propinsi menjadi "kabupaten ke tujuh" dari propinsi Banten, karena langsung melaksanakan proyek di kabupaten bahkan tanpa melibatkan institusi kabupaten.
Desentralisasi tidak hanya dipahami oleh kalangan pemerintahan, tetapi juga sangat dipahami masyarakat. Sehingga beberapa kewenangan yang memungkinkan diserahkan pemerintah kepada masyarakat, diserahkan kepada organisasi masyarakat. Dan yang menarik, pemerintah terkesan tidak khawatir apalagi takut eksistensinya terganggu dengan memberikan sebagian kewenangan mereka kepada kelompok – kelompok dan/atau organisasi masyarakat, seperti; pelaksanaan pemberdayaan masyarakat baik di bidang ekonomi maupun kelembagaan, pelaksanaan rehabilitasi hutan, pengawasan hutan dan lain sebagainya. Pemerintah hanya bertindak sebagai supervisi, regulator, fasilitator dan memberikan technical assistance kepada organisasi masyarakat yang menjadi mitra kerjanya dalam melaksanakan program – program pemerintah.
Hal lain yang menunjang keberhasilan pembangunan di Costa Rica adalah kesadaran masyarakat atas hak dan kewajiban mereka, di sisi lain pemerintah memberikan ruang yang sangat luas untuk melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan dan menghormati keputusan masyarakat dalam merencanakan pembangunan di wilayahnya, meskipun keputusan tersebut bertentangan dengan perencanaan pembangunan yang dibuat oleh pemerintah.
Termasuk di dalam proses pembuatan peraturan dan/atau undang – undang, keterlibatan kelompok – kelompok masyarakat dan pakar sangat dominan dalam mendiskusikan, menelaah dan mengkaji peraturan dan/atau undang – undang yang ditawarkan oleh pemerintah, terutama oleh kelompok – kelompok masyarakat yang akan menggunakan peraturan dan/atau undang – undang tersebut. Setelah kelompok – kelompok masyarakat tersebut mencapai kata sepakat, baru konsep peraturan dan/atau undang – undang dibawa ke parlemen untuk disyahkan (bandingkan dengan sidang pembahasan AMDAL misalnya).
Tingkat pendidikan rata – rata yang memadai memungkinkan seluruh proses berjalan dengan seimbang dan fair, tanpa harus ada kelompok yang membodohi kelompok masyarakat lain dengan iming – iming fasilitas atau dana sedangkan pemerintah benar – benar memposisikan diri sebagai penengah, fasilitator dan pelindung bagi seluruh anggota masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan pemerintah pada sektor pariwisata, yang memberikan aksesbilitas secara luas pada masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi parawisata di daerahnya, sangat jarang dijumpai ada hotel, rumah makan dan/atau fasilitas lain yang dimiliki investor dari luar di kawasan – kawasan wisata di Costa Rica, termasuk kawasan wisata di dataran tinggi Monteverde yang didatangai wisatawan lokal maupun mancanegara dengan jumlah rata – rata 200.000 orang untuk setiap tahunnya.
Seluruh proses tersebut sekali lagi mereka mulai dengan membangun pendidikan, mereka meletakkan pendidikan sebagai prioritas utama, dalam skala prioritas pembangunan yang mereka susun. Pendidikan lingkungan hidup sendiri mereka mulai pada tahun 1970, dalam konsep yang jelas dan menjadi mata pelajaran sendiri, sehingga mampu membentuk mentalitas dan membangun pengetahuan yang cukup kepada masyarakat. Sampai saat ini tidak kurang dari 20 jam dalam sebulan anak – anak sekolah di Costa Rica mendapat mata pelajaran lingkungan hidup, dalam bentuk teori, observasi dan praktek lapangan.
PEMBANGUNAN HUTAN (REFORESTASI)
Sebelum tahun 1960, 80% luas Costa Rica merupakan kawasan hutan namun dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun, periode 1960 – 1970 terjadi deforestasi di Costa Rica sebesar 60%. Laju deforestasi yang begitu tinggi antara lain disebabkan oleh konversi lahan secara besar – besar untuk berbagai aktivitas pembangunan dan ekonomi, konversi lahan terbesar dilakukan untuk keperluan perkebunan kopi dan pisang serta peternakan sapi (cattle), yang pada saat itu pengembangan peternakan sapi memperoleh insentif dari pemerintah, dalam bentuk pembebasan pajak tanah, kemudahan eksport dan lain sebagainya, sehingga hutan yang tersisa pada tahun 1970 tinggal 10 – 15%, jumlah tersebut kemudian ditetapkan menjadi kawasan konservasi dan taman nasional serta tanah masyarakat yang masuk dalam kawasan tersebut dibeli oleh pemerintah.
Akibat deforestasi tersebut muncul berbagai dampak buruk yang dialami oleh masyarakat, antara lain terjadinya penurunan kualitas lahan – lahan pertanian, krisis air yang dialami masyarakat dalam wilayah yang luas akibat rusaknya hutan di daerah aliran sungai (DAS) dan sub – sub DAS, terjadinya erosi dan sedimentasi di sungai – sungai, sehingga pemerintah harus mengeluarkan investasi besar untuk menormalisasi sungai kembali, diantaranya US$ 0,50 juta per tahun untuk sungai utama yang melintasi San JosÄ•, yang rusak akibat erosi, sedimentasi dan pencemaran oleh limbah industri, rumah tangga dan peternakan.
Berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah pada masa itu tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan dan krisis yang timbul, sehingga tingkat migrasi dan urbanisasi sangat tinggi, akibat tingginya tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan yang disebabkan oleh turunnya kualitas lahan – lahan pertanian. Pelaksanaan program reforestasi di Costa Rica, dilakukan dalam 3 (tiga) periode, yaitu :
Periode 1969 – 1985 
Pemerintah mulai melakukan reformasi di bidang kehutanan dengan mengeluarkan undang – undang (undang – undang ke I), yang pada intinya membangun institusi kehutanan setingkat direktorat jenderal, membuat peraturan untuk penebangan kayu, mulai memberikan insentif untuk masyarakat yang melakukan program reforestasi, membangun sistem yang mengatur taman nasional dan mendirikan sekolah kehutanan. Insentif yang diberikan kepada masyarakat yang melaksanakan program reforestasi sebesar US$ 1.000 – 2.000 per hektar, yang dikonversi pada pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat. Namun program ini tidak berjalan dengan baik, dianggap tidak adil, karena yang menikmati insentif tersebut lebih banyak orang – orang kaya yang memiliki tanah luas, sehingga masyarakat hanya melakukan reforestasi seluas 37.500 Ha.
Periode 1985 - 1996,
Pemerintah melakukan perubahan yang cukup jelas melalui perubahan undang – undang (undang – undang ke II), yang pada intinya masyarakat yang akan melaksanakan program reforestasi diharuskan membuat rencana kerja, membuat sertifikat tanah. Rencana kerja dan sertifikat tanah tersebut bisa dijadikan dasar untuk meminta pembebasan pajak atas seluruh komponen biaya reforestasi, disamping itu pemerintah juga melakukan perubahan untuk institusi kehutanan menjadi direktorat jenderal sumber daya alam dan taman nasional masuk didalamnya.
Pelaksanaan program ini lebih berhasil, dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun lahan masyarakat yang mengikuti program reforestasi seluas 115.797 Ha. Disamping itu pemerintah mulai memberlakukan pajak atas penebangan kayu sebesar 10%, dana yang diperoleh dari pajak tersebut dijadikan "trust fund" yang diperuntukan untuk pelaksanaan program reforestasi. Jumlah dana yang berhasil dihimpun dari pajak tersebut pada tahun – tahun awal sebesar US$ 0,50 juta, dana tersebut saat ini masih ada dan jumlahnya jauh lebih besar.
Kebijakan penting yang dilakukan Pemerintah Costa Rica dalam melakukan upaya reforestasi pada periode ini, adalah membuat aturan tentang tata ruang dan penggunaan lahan serta melakukan identifikasi kejelasan status lahan (land tanure) yang menjadi dasar sertifikasi lahan masyarakat dan untuk penetapan kawasan – kawasan lindung sebagai wilayah tangkapan air dan taman nasional, sebagai antisipasi terhadap laju deforestasi dan krisis air. Keputusan itu menjadi sangat penting dalam membuat desain dan skenario serta arah pembangunan dalam jangka pendek maupun panjang, konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan terlihat jelas dalam berbagai kebijakan pemerintah, sampai dengan saat ini peraturan tentang tata ruang dan penggunaan lahan tetap dipegang teguh oleh seluruh komponen masyarakat, meskipun ada saja masyarakat yang nakal yang mengkonversi hutan miliknya menjadi catle secara perlahan – lahan, tetapi setelah sekian puluh tahun pemerintah tetap konsisten dengan peraturan tersebut, sementara aturan tentang tata ruang di kita terkadang bisa berubah dalam jangka waktu tidak terlalu lama karena alasan investasi.
Periode 1996 - 2001
Dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi pada tahun 1995, Costa Rica juga meminta bantuan dari IMF, salah satu structure adjusment IMF adalah melarang diberlakukannya insentif dalam program reforestasi. Dan hal tersebut merupakan persoalan besar bagi program reforestasi yang dilakukan, berkaitan dengan hal tersebut dilakukan beberapa perubahan yang dituangkan dalam undang – undang (undang – undang ke III) yang pada intinya mendirikan; (1) Fondo Nacional de Financiamiento Forestal (FONAFIFO), lembaga keuangan khusus non pemerintah untuk pembangunan hutan; (2) Sistema Nacional de Areas de Conservacion (SINAC), direktorat jenderal yang menangani sistem taman nasional dibawah Ministerio de Ambiente y Energia (MINAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Energy, SINAC kemudian menjadi lembaga pengganti direktorat jenderal sumberdaya alam, yang juga menangani masalah kehutanan; (3) Oficina Costarricense de Implementacion Conjuta (OCIC), lembaga pemerintah yang merupakan gabungan dari beberapa lembaga (joint implementation body); (4) Oficina Nacional Forestal (ONF), lembaga non pemerintah yang beranggotakan perusahaan kayu, perusahaan mebel, kelompok tani hutan dan lembaga swadaya masyarakat; (5) Camara Costarricense Forestal (CCF), organisasi kamar dagang yang merupakan gabungan dari lembaga promosi dan perdagangan untuk produk yang berkaitan dengan hasil hutan, beranggotakan perusahaan produsen yang berkaitan dengan hutan dan (6) Junta Nacional Forestal Campesina (JUNAFORCA) yang merupakan dewan dari lembaga industri hutan yang berskala kecil.
Bersamaan dengan pembentukan lembaga – lembaga tersebut, terjadi perubahan cara pandang yang radikal terhadap hutan, dari hutan sebagai produsen kayu menjadi hutan sebagai produsen jasa lingkungan. Masyarakat mulai mencari nilai tambah (additional value) dari hutan dan sejak itu mulai diberlakukan sistem pembayaran jasa lingkungan bagi masyarakat yang melakukan reforestasi, pengelolaan hutan dan membangun hutan konservasi oleh pemerintah melalui FONAFIFO atau langsung oleh pengguna jasa lingkungan yang dihasilkan oleh hutan. Jenis jasa lingkungan yang dibayar kepada masyarakat pemilik hutan, adalah : 1. air (water resourches), 2. pemandangan (scenic beuty), 3. keanekaragaman hayati (biodiversity) dan 4. CO2 (carbon) meskipun PROTOKOL KYOTO belum mencapai kata sepakat, Costa Rica sudah memulai program penjualan carbon (carbon trade) tetapi karena mereka mampu menyakinkan internasional tentang baiknya kondisi hutan mereka, maka beberapa perusahaan multinasional mulai tertarik untuk membayar jasa pemrosot karbon hutan – hutan yang ada di Costa Rica.
MODEL PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
Pembayaran Langsung (direct payment)
Pemakai jasa lingkungan kepada masyarakat produsen jasa lingkungan (pemilik hutan), seperti kasus – kasus sebagai berikut: (1) Perusahaan air kemasan dan bir membuat kontrak pembayaran secara langsung, dengan masyarakat pemilik hutan yang berada dalam sub DAS lokasi pengambilan air untuk bahan baku air kemasan dan bir; (2) Pencinta burung dari Amerika Serikat membuat kontrak pembayaran secara langsung, dengan masyarakat pemilik padang yang menjadi sarang burung.
Pembayaran Tidak Langsung (indirect payment)
Pemakai (user) jasa lingkungan membuat kontrak dengan FONAFIFO untuk jasa lingkungan yang dipakainya dan kemudian FONAFIFO membuat kontrak dengan masyarakat untuk kawasan hutan yang akan menerima pembayaran jasa lingkungan, dengan besar pembayaran sebagai berikut: (1) Untuk program konservasi sebesar US$ 212 per hektar yang akan direalisasi sebesar 20% untuk setiap tahunnya selama 5 (lima) tahun; (2) Untuk program manajemen pengelolaan sebesar US$ 327 per hektar yang akan direalisasi sebesar 50% pada tahun pertama, 20% pada tahun kedua dan masing – masing 10% untuk tahun ketiga, keempat dan kelima; (3) Untuk program reforestasi sebesar US$ 527 per hektar yang akan direalisasi sebesar 50% pada tahun pertama, 20% pada tahun kedua, 15% untuk tahun ketiga, 10% untuk tahun keempat dan 5% untuk tahun kelima.

PENDANAAN PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN

Untuk program reforestasi jumlah dana tersebut hanya mampu menutupi 75% dari jumlah biaya yang diperlukan untuk biaya penanaman. Sumber dana FONAFIFO untuk membayar jasa lingkungan kepada masyarakat, berasal dari: 3,50% dari pajak minyak bumi (fossil fuel) yang diterima negara atau sebesar US$ 30 juta per tahun, dana tersebut disisihkan oleh pemerintah dan disimpan di Bank Nasional Costa Rica sebagai "trust fund" yang bunganya digunakan oleh FONAFIFO untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan 7% (tujuh persen) dari jumlah pembayaran jasa lingkungan kepada masyarakat dialokasikan untuk operasional kantor; Perusahaan – perusahaan yang memberikan dana secara sukarela (voluntary fund) atas penggunaan jasa lingkungan, terutama air. Jumlah yang berhasil dihimpun oleh FONAFIFO dari perusahaan yang memberikan dana secara sukarela, sebesar US$ 5.514.467 untuk pembayaran jasa lingkungan kawasan hutan seluas 17.211 Ha; Dana luar negeri untuk jasa lingkungan biodiversity dan Carbon Trade (CO2), antara lain dari; (1) US$ 2 juta dari perusahaan Scotlandia dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun untuk hutan yang berfungsi sebagai pemrosot carbon (CO2); (2) US$ 32 juta dari World Bank untuk rangkaian penelitian yang berkaitan rencana membangun koridor biology (biologycal corridor) Amerika Tengah mulai dari Mexico sampai dengan Costa Rica, dalam upaya pelestarian biodiversitas Amerika Tengah; (3) US$ 8 juta dari GEF untuk pembayaran jasa lingkungan atas biodiversitas; (4) US$ 10 juta dari sindikasi Bank German untuk pembayaran jasa lingkungan atas hutan yang berfungsi sebagai pemrosot carbon (CO2).

Pada periode 1997 – 2001 lahan masyarakat yang mengikuti program reforestasi seluas 283.384,20 Ha, sedangkan dana yang disalurkan FONAFIFO untuk pembayaran jasa lingkungan kepada masyarakat sebesar ć (colones, mata uang Costa Rica) 20.812,70 juta atau setara dengan Rp. 478.692.100.000,- (ć 1 = Rp. 23,-).

Dan saat ini kawasan hutan di Costa Rica sudah mencapai 40% (15% dari luas merupakan milik pemerintah dalam bentuk taman – taman nasional, selebihnya atau sebesar 25% merupakan hutan tanaman (plantation forest) milik masyarakat dari luas wilayah Costa Rica, sebuah keberhasilan yang memang layak untuk dicontoh. Tetapi keberhasilan itu tidak mereka capai dengan mudah, FONAFIFO merupakan produk yang lahir dari perjalanan 30 (tiga puluh) tahun lebih mereka mencari bentuk yang paling ideal untuk pembangunan kembali hutan mereka. Disamping itu keberhasilan mereka membangun jaringan (linkage organization) antar lembaga – lembaga tersebut di atas, yang mengambil peran berbeda namun dalam satu rancang bangun perencanaan pembangunan merupakan nilai lebih yang menjadi unabling condition.

Di sisi lain mekanisme pengawasan yang dimiliki Costa Rica juga cukup unik, peran ini diambil oleh Colegio de Ingenieros Agronomos de Costa Rica – CIAC (semacam ikatan sarjana agronomi termasuk kehutanan), di samping pengawasan yang dilakukan oleh aparat pemerintah dari SINAC yang mengevaluasi setiap 2 (dua) tahun sekali kondisi hutan Costa Rica dengan didasarkan pada hasil photo udara (satelite image). Anggota CIAC yang menjadi pengawas lapangan (mereka menyebutnya REGENTE) dan tersebar diberbagai organisasi dan perusahaan yang berkaitan dengan hutan dan hasil hutan termasuk lembaga swadaya masyarakat, merupakan profesional yang sangat independen meskipun mereka dibayar oleh institusi yang mereka awasi. Kontrol mereka terhadap kebenaran dan ketepatan data yang ada dalam rencana kerja pemilik lahan, sangat menentukan kesesuaian perencanaan dengan undang – undang dan peraturan tentang tata ruang dan pengelolaan lahan serta kehutanan yang berlaku. Regente dikontrol oleh Dewan CIAC yang beranggotakan 8 (delapan) orang sarjana senior, bila regente melakukan kesalahan maka hukuman terberat yang mungkin diterima adalah dikeluarkan dari keanggotaan CIAC dan itu berarti akan kehilangan kesempatan untuk bekerja di sektor kehutanan dengan gaji terendah sebesar US$ 1.300 per bulan.

Disamping itu lembaga – lembaga swadaya masyarakat yang ada seperti; FONDECOR yang melakukan pembinaan masyarakat pemilik hutan di sekitar taman nasional di kawasan tengah Costa Rica, CODEFORSA yang melakukan pembinaan masyarakat memilik hutan di kawasan Utara Costa Rica (dengan areal 20% dari luas Costa Rica) merupakan organisasi – organisasi yang profesional, yang terlibat langsung dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Bukan sekedar organisasi yang hanya mampu mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, tetapi juga mampu membantu pemerintah mencari solusi berbagai persoalan yang ada. Sehingga pemerintah tidak pernah ragu – ragu untuk memberikan sebagian peran dan fungsi mereka kepada organisasi – organisasi tersebut.

KASUS – KASUS MENARIK

Keberhasilan pelaksanaan program reforestasi juga ditentukan oleh pemerintah yang mau mendengar, mengakomodir berbagai keputusan yang masyarakat dan memberikan aksesbilitas dan ruang seluas – luasnya untuk masyarakat bisa terlibat dalam pengambilan dan pembuatan kebijakan. Sehingga terbangun sense of crisis secara bersama – sama, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat terhadap kerusakan hutan yang sudah terjadi. Di bawah ini adalah kasus – kasus yang cukup menarik, untuk ditelaah, dikaji dan kalau memungkinkan dicontoh.

Los Lagos, (2 Jam perjalanan dari San Jose ke arah Selatan melewati jalan trans Amerika ke arah Panama). Los Lagos merupakan kawasan lembah sempit yang dikelilingi gunung, memiliki udara yang sejuk, panorama yang indah dan suasana yang sangat tenang. Kondisi tersebut menjadikan Los Lagos sangat ideal untuk menjadi kawasan wisata, meskipun untuk sampai ke lokasi tersebut kita harus melalui jalan sempit dengan jurang terjal di kiri atau kanan jalan bahkan terkadang harus ditambah dengan jalan yang menurun secara ekstrim.

Hal yang menarik di Los Lagos, disamping atraksi memancing ikan trout sebelum kita masak dan makan, indahnya alam serta tenangnya suasana adalah kesadaran "Don (pak) LUIS" dan beberapa teman – temannya yang tergabung dalam UPA (organisasi kelompok tani hutan, anggota JUNAFORCA) pemilik lahan dan salah satu fasilitas wisata yang sederhana di kawasan tersebut, untuk tidak akan pernah menjual tanah yang dimilikinya, berapapun nilai uang yang ditawarkan. Kesadaran itu tidak hanya dimiliki oleh Don Luis, tetapi juga oleh tiga atau empat anaknya dan cucunya yang cantik (tiga generasi), bandingkan dengan masyarakat kita.

Compaňìa Nacional de Fuerza y Luz SA – CNFL (perusahaan listrik negara), CNFL disamping membayar jasa lingkungan atas air sebesar US$ 546.450 per tahun kepada FONAFIFO untuk DAS Varia seluas 14.200 Ha, juga memberikan bibit tanaman kepada masyarakat yang masuk dalam kawasan DAS secara gratis, menyediakan anggaran untuk penelitian sosial ekonomi masyarakat dan pelatihan komposting kotoran sapi serta pengelolaan peternakan sapi yang lebih akrab lingkungan kepada masyarakat. Sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran jasa lingkungan sebesar US$ 1.200 – 1.300 per hektar, jauh di atas standar pembayaran yang dilakukan FONAFIFO.

San Pedro - Sarapique, Pembangkit listrik swasta yang berada di Sungai San Pedro menghasilkan listrik sebesar 35 MW dari dua turbin dan DAM yang volumenya masing – masing sebesar 86.000 m3 dan 100.000 m3, perusahaan tersebut membayar langsung jasa lingkungan atas air yang digunakannya kepada masyarakat pemilik hutan di DAS seluas 3.000 ha sebesar US$ 20 per hektar.

San Carlos, masyarakat melakukan penebangan kayu selama 50 (lima puluh) tahun sekali, selama menunggu masa tebang hutan dimanfaatkan untuk tujuan tourisme. Wisata yang ditawarkan dari hutan yang berubah menjadi hutan alam tersebut, antara lain; canopy tour perjalanan dari pohon ke pohon, pengamatan burung, kera, buaya dan biodiversitas lainnya dengan biaya sebesar US$ 25 – 30 per orang untuk setiap paket wisata yang ditawarkan. Canopy tour atau sky walking merupakan salah satu atraksi yang cukup populer di Costa Rica, peminat paket wisata ini cukup banyak.

Monte Alto, kasus di Monte Alto yang berada di Propinsi Peninsula, dengan pusat kegiatan di Kota Hojancha (dibaca Ohanca) merupakan kawasan terkering di Costa Rica. Pada sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu sempat mengalami krisis air yang hebat, akibat konversi hutan untuk peternakan sapi. Pembangunan hutan dimulai oleh 6 (enam) orang anggota masyarakat, yang melakukan pembelian tanah untuk reforestasi. Langkah tersebut akhirnya diikuti oleh anggota masyarakat lain, yang menyisihkan dananya untuk membeli tanah untuk dijadikan kawasan konservasi.

Gerakan kepedulian masyarakat tersebut, akhirnya menjadi yayasan yang saat ini sudah memiliki kawasan konservasi seluas 18.000 Ha dan sudah menjadi hutan alam hasil regenerasi. Hal lain yang mereka lakukan untuk memperluas hutan adalah membuat koridor yang menghubungkan hutan – hutan yang dimiliki masyarakat dan setiap batas catle diharuskan membuat pagar dari tanaman hutan yang juga berfungsi sebagai nature wall.

Disamping yayasan sudah menguasai lahan seluas 18.000 Ha, yayasan juga memiliki fasilitas pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup di hutan Monte Alto. Fasilitas tersebut memiliki aula untuk pelatihan, museum dan pemondokan yang sangat memadai, tempat kamar yang nyaman dan dilengkapi kamar mandi modern. Merupakan pengalaman yang mengasyikan bisa tidur difasilitas tersebut, karena ditemani binatang dan suasana yang menakjubkan.

La Fortuna, kasus La Fortuna merupakan salah satu contoh untuk pemberdayaan perempuan, dimana ada salah satu komunitas perempuan yang memperoleh bantuan kredit lunak dari WWF Kanada untuk membangun fasilitas penginapan dan restouran, karena di wilayah tersebut ada potensi hutan, air terjun (la catarata), sungai yang bisa dijadikan arena arung jeram dan kaya dengan biodiversitas.

Penginapan yang dikelola oleh komunitas perempuan tersebut, merupakan penginapan sederhana namun resik, asri, indah dan sangat ramah lingkungan. Pengunjung diberikan pesan untuk tidak menggunakan bahan – bahan yang merusak lingkungan, seperti; detergen. Dan menggunakan listrik dan air secara efisien, karena air mereka nilai dengan mahal. Disamping mengelola penginapan dan restoran, komunitas perempuan ini juga membuat souvenir dari kupu - kupu yang mereka budidayakan sendiri. Kegiatan lain yang mereka lakukan adalah membudidayakan sejenis tikus air, untuk kemudian dilepas kembali ke alam. Saat ini komunitas perempuan tersebut sudah berhasil mengembalikan pinjaman dari WWF Kanada, sekarang mereka sedang menjalankan kredit dari bank lokal untuk perluasan usaha.

DEMOKRASI

Pemerintah dengan Masyarakat: kasus ini terjadi di Sarapique Kota Puerto Viejo (dibaca Puerto Vieho). Pemerintah merencanakan membangun DAM untuk keperluan pembangkit tenaga listrik di Sungai Sarapique, tetapi di sisi lain masyarakat menolak karena kegiatan usaha mereka yang berkaitan dengan pelayanan pariwisata di sungai tersebut akan terganggu bahkan hilang.

Akhirnya pemerintah melakukan kampanye dan referendum, untuk memutuskan hal tersebut. Akhirnya sebagian besar masyarakat memilih menolak proyek DAM tersebut dan pemerintah membatalkan rencana proyek tersebut serta menghormati pilihan masyarakat.

Masyarakat dengan Masyarakat: kasus ini terjadi di kawasan wisata Monteverde untuk rencana perbaikkan jalan yang kondisinya sangat buruk dan tidak layak untuk menjadi akses ke dalam kawasan wisata yang didatangi oleh wisatawan sebanyak 200.000 orang per tahun.

Masyarakat menolak rencana perbaikkan jalan tersebut, karena khawatir wisatawan yang akan datang jumlahnya lebih besar lagi. Dengan jumlah yang ada masyarakat sudah merasa sangat terganggu, keputusan untuk membangun atau tidak membangun jalan tersebut disepakati diputuskan melalui referendum.

HAL YANG MENGESANKAN Pertemuan dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Energy (Ministerio de Ambiente y Energia - MINAE), sebelum bertemu dan diterima oleh CARLOS MANUEL RODRIGUEZ Menteri Lingkungan Hidup dan Energy (Ministerio de Ambiente y Energia - MINAE), yang terbayangkan adalah sebuah proses birokrasi dan tata cara pejabat yang lazim berlaku di Indonesia – yang kental dengan feodalisme dan dilayani.

Surprise pertama pada saat memasuki ruang rapat di MINAE, karena ruang rapat itu begitu sederhana, teramat sederhana untuk ruang rapat sekelas menteri. Dan surprise kedua pada saat Carlos Manuel Rodriguez Menteri Lingkungan Hidup dan Energy Costa Rika masuk ruangan, karena datang sendiri, tanpa ajudan sambil menenteng laptop. Setelah menyampaikan ucapan selamat datang, dia mempresentasikan berbagai kebijakan pemerintah Costa Rika untuk pembangunan hutan dengan gamblang dan penuh percaya diri, terkesan sangat menguasai persoalan, efisien dan tentu saja cerdas.

Instituto Nacional de Biodiversidad (INBio), INBio merupakan lembaga non pemerintah yang didirikan pada tahun 80 an dan bergerak di lingkungan hidup, termasuk pendidikan lingkungan hidup. Tujuan utama INBio adalah memberikan dorongan kepada pemerintah dan masyarakat, untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut INBio membangun pengetahuan masyarakat di bidang lingkungan hidup, pemahaman yang ditanamkan INBio tentang konservasi adalah to save, to know dan to use bukan sama sekali tidak memanfaatkan sumber daya alam.

Untuk membangun pengetahuan masyarakat, INBio memiliki hutan seluas 4,50 Ha di tengah kota yang lengkap dengan berbagai fasilitas, seperti; perkantoran, laboratorium, ruangan besar untuk menyimpan contoh spesies biodiversity Costa Rica, gedung untuk pendidikan lingkungan yang penuh dengan informasi flora fauna, restouran, toko cendera mata. Di dalam hutan yang berubah menjadi hutan alam hasil regenerasi, terdapat banyak binatang; seperti; kijang, kodok beracun, kupu - kupu dan lain sebagainya. Binatang – binatang tersebut hidup seperti di habitat aslinya, meski habitat tersebut merupakan habitat artificial. MAUKAH KITA MEMBANGUN HAL YANG SAMA UNTUK GENERASI MENDATANG ……… ? (suwung, San JosÄ• 21 Juni 2003)

No comments:

Pages