catatan perjalanan meretas waktu



diantara 13 Desember 1998 – 13 Desember 2015 (17 tahun)
catatan kecil perjalanan rekonvasi bhumi

Pendahuluan
Lembaga Swadaya Masyarakat Rekonvasi Bhumi (rebhumi), lahir di era ketika negeri ini dirasuki semangat untuk memperbaiki semua system, semua pola pikir, semua prilaku pengelolanya, era yang kemudian dikenal sebagai era reformasi. Di akhir tahun 1998 oleh sekelompok lelaki yang sebagian diantaranya adalah pengangguran, ada yang memang bagian krisis ekonomi saat itu, ada sarjana yang baru lulus dan belum jelas juntrungannya, ada yang sudah lama tetapi masih belum memiliki pekerjaan tetap.
Bisa jadi alasan utama yang mengikat kami semua untuk membentuk rebhumi adalah banyaknya waktu yang kami miliki, saat itu dan bingung untuk memanfaatkannya.  Bisa jadi kami juga hanya ikut-ikutan, karena pada era itu lembaga swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat bahkan lembaga-lembaga donor, sementara disisi lain kepercayaan terhadap pemerintah berada dititik terendah.
Namun apapun alasan kami membentuk rebhumi saat itu, pada 13 Desember 2015 ini perjalanan menembus rentang waktu itu sudah dilakoni selama tujuh belas tahun.   Perjalanan yang tak bisa dikatakan pendek untuk upaya melestarikan lingkungan hidup, agar tak pernah kehilangan fungsinya untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia, meskipun tentu kita tak akan pernah bisa menghindari takdir tentang “hari akhir” sebagai kehancuran sempurna kehidupan, tetapi sebelum saat itu tiba paling tidak kita semua tidak menciptakan atau memiliki andil kehancuran kehidupan dari apa yang diputuskan dan dilakukan.
Lingkungan hidup, issu yang menjadi tekad dan platform rebhumi sejak didirikan, seperti pesan yang disampaikan oleh salah satu pembina, Ir. H. Setia Hidayat “bagaimana caranya kita melestarikan lingkungan hidup dan hidup dari lingkungan hidup”.  Sebuah filosofi yang butuh lebih dari satu dasawarsa untuk memahaminya dan bukan perkara mudah untuk mengimplementasikannya, karena dibutuhkan semangat, idealisme dan konsistensi untuk selalu teguh dan tegar dalam menjalankan prinsip, visi dan misi rebhumi, meskipun pilihannya adalah lapar.
Untuk mereposisi kembali semangat dan pemikiran yang mulai usang itu, untuk mengingatkan kembali alasan rebhumi itu dibentuk maka untuk kali pertama peringatan pembentukan rebhumi itu dikemas dalam bentuk yang berbeda, tidak lewat begitu saja bersama angin, mulai dari tasyakuran di secretariat sampai dengan kunjungan ke komunitas masyarakat adat Badui di Desa Kanekes, masyarakat yang kita kenal sangat menjaga prinsip-prinsip konservasi dan keseimbangan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan kepada mereka kita belajar, sambil melakukan proses menolak lupa, mereview apa yang sudah dilakukan dan apa yang harus dilakukan dimasa-masa yang akan datang, semua dilakukan dengan niat untuk dapat berkarya lebih baik.


 Perjalanan di Rentang Waktu
Ingatan perjalanan di rentang waktu tujuh belas tahun lalu itu, dimulai dari ruang kontrakan berukuran lima meter persegi di gang kecil di Kompleks P dan K Penancangan Kota Serang, ruang yang kecil dan terasa sesak ketika para pendiri berkumpul untuk sekedar berdiskusi sambil minum kopi, karena bercampur dengan meja kerja sederhana dan buku-buku, tak ada koridor yang membatasi pikiran kami dalam berdiskusi, karena sejatinya kami tidak paham dengan issu lingkungan dan tak bercita-cita akan jadi apa rebhumi itu kelak, hingga diskusi seperti mencoba memegang bola liar yang memantul dari dinding ke dinding bahkan lepas ke udara, hingga diskusi kerap berakhir tanpa konklusi.
Ketika roda organisasi yang nyaris tak berbentuk itu bergerak secepat pergerakan siput, atau bahkan lebih pelan lagi.  Kami dipertemukan dengan orang-orang yang menggugah pemikiran tentang apa sebenarnya manfaat dan fungsi dari lembaga non pemerintah itu, manfaat dan fungsi yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan lembaga-lembaga pemerintah, hanya bedanya kami harus membiayai diri kami sendiri termasuk ketika menjalankan program-program sebagai bagian dari upaya mempertahankan lingkungan hidup dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. 
Mereka itu adalah Drs. H. Nana Sugana (Kabag Humas Setda Kabupaten Serang kala itu), Ir. H. Setia Hidayat, Ir. H. Ehat Mahatma, Drs. Aman Sukarso, Prof. Dr. Herman Haeruman., MF, HD. Munandar., Hutomo Dananjaya, Budi Purwanto dan Ari Stuali serta Kurdi Matin pada beberapa tahun terakhir ini, kecuali Bapak Drs. H. Nana Sugana almarhum, yang merasa tidak layak menjadi Pembina rebhumi mereka semua diminta untuk terus membina kami dan beberapa diantaranya membina kami sampai akhir hayatnya.
Dalam kesempatan lain kami meminta arahan dan petunjuk dari orang-orang yang kami anggap lebih paham dari persoalan yang kami hadapi, mereka adalah Ir. H. Farchi Fathoni, Ir. H. Anang Mulyana, Ir. H. Babar Suharso, Dr. Satyanto K Saptomo, Beria Leimona, Phd dan Tubagus Najib, serta almarhum Ir. Sukarno dan H. Mas Santoso ketika mereka masih hidup, yang kemudian menjadi staf ahli rebhumi.
Nama-nama tersebut di atas, adalah bagian penting dari perjalanan rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun, nama-nama yang tak berharap apapun selain kami untuk tetap menjaga konsistensi rebhumi dalam pemikiran, sikap dan perbuatan untuk tetap dengan sejalan semangat, visi dan misi pembentukannya serta tetap didalam batas-batas yang disepakati, yang terbentuk dan terbangun selama perjalanan.
Bagian Lingkungan Hidup Setda Kabupaten Serang kala itu dan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung, adalah lembaga-lembaga pertama yang memberikan dorongan untuk kami bisa berdiri lebih tegak dan berjalan lebih jauh, hingga kami bisa beranjak dari ruang kontrakan yang semakin lama semakin sumpek itu ke secretariat yang lebih layak, phase berat itu dilalui kurang lebih dalam tiga - empat tahun pertama.
Ada peristiwa menarik pada periode tiga – empat tahun pertama setelah pembentukan rebhumi, kami memperkarakan Pemerintah Kabupaten Serang ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas kebijakan penambangan pasir laut.  Itu merupakan upaya kami untuk mendorong sikap kehati-hatian pemerintah dalam membuat kebijakan yang terkait dengan eksploitasi sumber daya alam, dengan belajar dari pengalaman daerah-daerah lain.  Hal yang menarik ketika proses itu berlangsung beberapa teman-teman pemerintah yang biasanya akrab, tetiba seperti menjauh dan takut menjadi teman kami.  Padahal Bupati Kabupaten Serang kala itu, almarhum Drs. H. Bunyamin menawarkan bantuan untuk pembangunan secretariat rebhumi.  Ada penyataan menarik dari Drs. H. Bunyamin saat itu terkait dengan penolakan kami atas bantuan Pemerintah Kabupaten Serang untuk pembangunan secretariat kami, “Bunyamin sebagai Bupati dan ente sebagai direktur rekonvasi, boleh berbeda cara pandang dan sikap dalam menilai kebijakan, tetapi Bunyamin sebagai Bupati adalah milik semua rakyat Kabupaten Serang, termasuk ente”, statemen yang luar biasa dan menunjukan kapasitas beliau sebagai politikus dan pemimpin.
Diawali oleh Bagian Lingkungan Hidup Setda Kabupaten Serang kala itu dan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung diawal tahun pendirian, rebhumi kemudian mulai dikenal khalayak, dilibatkan dalam berbagai lembaga yang terkait dengan pengelolaan lingkungan di tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga donor dan penelitian untuk berbagai inisiasi yang terkait dengan pelestarian lingkungan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Difasilitasi GTZ-smcp, mendapatkan kesempatan belajar tentang lembaga keuangan alternative pengelolaan hutan lestari, di Costarica Amerika Tengah, setahun difasilitasi Bapenas belajar tentang Integrated Water Resource Management (IWRM) di Queensland University Bribande Australia.
Bekerja sama dengan LP3ES dan IIED, membangun dan mengembangkan hubungan hulu-hilir dengan mekanisme transaksi jasa lingkungan di DAS Cidanau, mekanisme yang sudah berjalan hamper lima belas tahun dan menjadi referensi pengelolaan jasa lingkungan tidak saja di Indonesia tetapi juga di Asia Tengah dan Tenggara, bahkan beberapa Negara dari Afrika.
Bekerja sama dengan ICRAF (World Agro Centre), melakukan beberapa penelitian yang terkait dengan penguatan mekanisme jasa lingkungan, penelitian yang terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di DAS Cidanau, Lampung Barat dan Sulawesi Tengah.
Bekerja sama dengan PT. Apexindo Duta Pratama, Tbk., PT. Pratama Abadi Industri dan PT. Asahimas Chemical, melakukan upaya pelestarian hutan mangrove di pesisir Teluk Banten.
Bekerja sama dengan PT. Tirta Investama dan Dow Indonesia, membangun fasilitas sarana air bersih dan sanitasi di beberapa desa di wilayah Kabupaten Serang, jumlah kepala keluarga yang sudah menikmati hasil pembangunan sarana air bersih dan sanitasi ± 5.000 kepala keluarga.
Bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan PT. Apexindo Duta Pratama, Tbk., melakukan upaya pelibatan masyarakat untuk pelestarian padang lamun (sea grass) dan terumbu karang, rehabilitasi terumbu karang menggunakan metoda transplantasi dan artificial reef.
Bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Serang dan Provinsi, melakukan berbagai upaya konservasi dan penguatan kelembagaan masyarakat di kawasan DAS Cidanau.
Pengelolaan terpadu DAS dan mekanisme jasa lingkungan di DAS Cidanau yang dianggap beberapa kalangan sebagai contoh yang berhasil dan baik, telah mendorong beberapa pihak di level nasional untuk melibatkan Rebhumi dalam Forum DAS Nasional dan Masyarakat Konervasi Tanah Indonesia (MKTI), dua lembaga di tingkat nasional yang secara aktif memberikan masukan ke pemerintah terkait dengan pengelolaan DAS di Indonesia, termasuk terlibat dalam pembahasan beberapa RUU dan RPP yang terkait dengan pengelolaan DAS.
Hal tersebut di atas adalah kegiatan-kegiatan rebhumi dalam mengisi rentang waktu perjalanan dalam kurun waktu tujuh belas tahun, tidak bergitu banyak memang tetapi kami selalu berharap sebesar apapun upaya yang kami lakukan, selalu ada manfaatnya bagi upaya pelestarian lingkungan secara keseluruhan, baik bagi ekosisstem itu sendiri maupun bagi upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Mengenang Perjalanan
Prosesi mengenang perjalanan tujuh belas tahun rentang waktu rebhumi dimulai dengan acara tasyakuran, sebagai ungkapan rasa atas semua rizki, lindungan dan lindungan kepada kami dari Sang Maha Pengasih, Maha Pencipta dan Maha Mengetahui, sehingga kami bisa bertahan selama tujuh belas tahun dari terpaan badai, godaan dan tekanan.
Dalam kesempatan tersebut acara mengenang perjalanan diisi dengan petuah-petuah dari Dewan Pembina yang diwakili oleh Drs. H. Aman Sukarso dan Ari Stuali, arahan Staff Ahli yang diwakili oleh Ir. H. Babar Suharso, Harry Soerja Sapoetra Direktur Ekowisata dan Budaya rebhumi, sambutan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dan diakhir dengan tauziah dari Uztad Anwar dari Kasemen.
Dalam kesempatan memberikan petuahnya Drs. H. Aman Sukarso, menyampaikan ucapan selamat atas tujuh belas tahun perjalanan rebhumi dan meminta untuk tetap konsisten dengan idealisme yang selama ini dipegang.  Sementara Ari Stuali dalam kesempatan memberikan petuahnya menyampaikan, bahwa dengan perjalanan tujuh belas tahun, dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun rebhumi adalah lembaga yang fundamental tidak seperti kebanyakan lembaga sejenis lainnya, tanamkan fanatisme corp agar organisasi dapat tetap eksis.  Harapan sebagai Pembina adalah rebhumi bukan hanya sebagai penggerak lingkungan hidup di Serang, Cilegon dan Banten saja, sudah saatnya melanglang-buanakan kiprahnya kearah mana saja, tetap konsisten dan focus serta tidak-tidak terbawa-bawa dengan kegaduhan politk.
Dalam kesempatan tersebut Ir. H. Babar Suharso, menyampaikan bahwa acara tasyakuran tujuh tahun rebhumi disamping menjadi ajang silaturahmi juga menjadi landasan agar karya yang sudah ada dan telah dilaksanakan menjadi landasan untuk rebhumi menjadi lebih baik dimasa yang akan dating, dari bukan apa-apa dimasa lalu menjadi togak pengabdian untuk lingkungan dan masyarakat dimasa-masa yang akan datang.
Dalam kesempatan sambutannya Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, Ir. H. Irawan Noor, menyampaikan selamat kepada rebhumi atas tujuh belas tahun perjalanannya, dan berharap rebhumi dapat terus berkarya dan berbuat bagi lingkungan dan masyarakat di Kabupaten Serang dan menjadi mitra sinergi dari BLH Kabupaten Serang untuk upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Serang dan Banten pada umumnya.
Dalam kesempatan sambutannya Harry Soerja Sapoetra, rebhumi diharapkan mampu melakukan gerakan-gerakan yang lebih nyata dan mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya terutama yang berkaitan dengan ekowisata dengan melakukan kerjasama dengan pemeritah, mapun lembaga atau badan yang mendukung hal tersebut.
Prosesi mengenang perjalanan tujuh belas tahun rentang waktu rebhumi dengan acara tasyakuran, selesai pada pukul 12.00 WIB, acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan foto bersama.
Setalah acara tasyakuran, acara dilanjutkan dengan perjalanan ke lokasi komunitas masyarakat adat Badui di Kampung Gazeboh Desa Kanekes Kabupaten Lebak, acara ini diikuti oleh 54 orang peserta, termasuk dua orang anak-anak dengan usia di bawah 10 tahun.  Dengan asal peserta disamping kerabat bhumi, juga staff Kementerian LHK, pejabat dan staff dari pemerintah, lembaga funding dan mitra kerja penelitian, dosen, dokter, wartawan, sahabat rebhumi yang diantaranya berprofesi sebagai pedagang pulsa kecil-kecilan di Sumur Bor.  Hanya sayang beberapa peserta membatalkan untuk bergabung disaat-saat terkahir, karena hal yang tidak bisa dihindarkan, diantara Ir. Saritomo, Direktur Pengembangan Usaha PT. Krakatau Tirta Industri, Dian Widjanarti dan Arunika Anggradewi dari Dow Indonesia.
Agenda perjalanan ke lokasi komunitas masyarakat adat Badui di Kampung Gazeboh Desa Kanekes Kabupaten Lebak, diisi dengan penyerahan plang himbauan untuk wisatawan tidak membuang sampah di wilayah masyarakat ada, penanaman tujuh belas batang bibit pohon sukun dan ramah tamah.  Acara berlangsung sampai dengan minggu sore, 13 Desember 2015 dan selanjutnya kembali ke Serang.


Ucapan Terima Kasih
Berjalan dengan lancarnya agenda perjalanan meretas rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun tidak terlepas dari dukungan seluruh kerabat bhumi, mulai dari inisitor, panitia pelaksana dan para donator.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi, dengan disertai do’a semoga apa yang sudah dilakukan menjadi kebaikan untuk kita semua. 
Secara khusus ungkapan tersebut disampaikan kepada:
1.        Ir. H. Irawan Noor                                  Kepala BLH Kabupaten Serang;
2.        Ir. H. Hudan Basyaruddin                      Kabid Konservasi BLH Kabupaten Serang;
3.        Ir. Saritomo                                            Direktur Pengembangan Usaha KTI;
4.        Asep Mulya Hidayat                              Kabid Holtikultura Dinas Pertanian Banten;
5.        Ari Stuali                                                 Pembina;
6.        Drs. H. Aman Sukarso                          Pembina;
7.        Drs. H. Kurdi Matin                                Pembina;
8.        Ir. H. Farchi Fathoni                               Staff Ahli;
9.        Ir. H. Anang Mulyana                             Staff Ahli;
10.      Ir. H. Babar Suharso                              Staff Ahli;
11.      Agus Setiawan                                       Ketua Yayasan Bhumi Selaras;
12.      Ade Prayasta Rahadian                         Direktur Pemberdayaan Masyarakat;
13.      Harry Soeja Sapoetra                            Direktur Ekowisata dan Budaya;
14.      Andi Suhud                                            Direktur Pendidikan & Kampanye Lingkungan
15.      Ahmad Mushowwir                                Kerabat Bhumi
16.      Anton Haryo                                           Kerabat Bhumi
17.      Rahmat T Kusnandar                            Kerabat Bhumi
18.      Tatang Sukarta                                      Kerabat Bhumi
19.      Sakti Wibowo                                         Kerabat Bhumi
20.      Yugo Aji Pangestu                                 Kerabat Bhumi
21.      Bambang Mulyana                                Kerabat Bhumi
22.      Yani Setyamaulida                                 Kerabat Bhumi
23.      Bobby Erlangga                                     Kerabat Bhumi
24.      Andi Sukman                                         Kerabat Bhumi
25.      Utang A Madjis                                      BP DAS Citarum - Ciliwung
26.      Rizki dan teman-teman                         Mahasiswa
27.      Musung dan masyarakat Gazeboh
Tubagus Nurhidayatullah dan istri, Laila Nur, Farid dari Eiger, dr. Malik dan seluruh partisipan dan peserta yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.


Penutup
Perjalanan meretas rentang waktu rebhumi selama tujuh belas tahun tak bisa dikatakan waktu yang singkat, masih diperlukan semangat, niat dan kerja keras untuk kita merealiasasikan tanah, air dan udara yang layak untuk kita gunakan bagi keberlanjutan kehidupan, untuk menghadapi tekanan yang kian hari mungkin akan semakin berat untuk kita hadapi.
Menjadi pekerja social yang bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat, khususnya rebhumi, tidak perlu harus berkelahi dengan siapapun ketika menghadapi kebijakan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip lingkungan hidup, tetapi bagaimana caranya siapapun yang melakukan itu akan mempertimbangkan ulang untuk mengulanginya, dengan melihat apa yang kita lakukan.
Kehidupan memang tidak bisa dihentikan tanpa kehendak Sang Pemilik Kehidupan, tetapi menjadi keseimbangan agar lingkungan hidup tetap mampu menjadikan fungsinya adalah kewajiban kita semua.
Terima kasih dan semoga kita semua selalu dalam petunjuk dan lindungan NYA.
Serang,     Desember 2015
Lembaga Swadaya Masyarakat
Rekonvasi Bhumi
Direktur Eksekutif

No comments:

Post a Comment

Pages